NILAI BUDAYA YANG MENJADI KEUNGGULAN BANGSA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1.
Latar Belakang
Konsep
kebudayaan dalam arti yang terbatas, ialah pikiran, karya, dan hasil karya
manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Dengan singkat : kebudayaan
adalah kesenian. Dalam arti seperti itu konsep memang terlampau sempit. Banyak
para ahli sosial, mengartikan konsep kebudayaan itu dalam arti yang amat luas
yaitu seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak
berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bias dicetuskan oleh
manusia sesudah suatu proses belajar. Konsep itu adalah amat luas karena
meliputi hamper seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya.
Indonesia
sendiri tentunya memiliki banyak keunggulan. Keunggulan-keunggulan Indonesia
sendiri dapat kita temukan baik dalam segi geografis hingga nilai-nilai
kebudayaan dari bangsa Indonesia. Keunggulan nilai-nilai ini yang akan dibahas
lebih dalam makalah ini. Sebagai bangsa Indonesia kita wajib mengetahui
nilai-nilai kebudayaan apa saja yang dimiliki oleh Indonesia.
1.
2.
Rumusan Masalah
1. Apakah
nilai budaya yang menjadi keunggulan bangsa Indonesia?
2. Apakah
gotong royong itu sebenarnya?
3. Apakah
nilai gotong royong itu menghambat pembangunan?
1.
3.
Tujuan
Tujuan
ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang nilai budaya yang
menjadi keunggulan bangsa Indonesia. Kemudian bertujuan untuk mengetahui makna
dari gotong royong dan hubungan antara gotong royong dan pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
1.
Nilai Budaya yang Menjadi Keunggulan Bangsa Indonesia
Bangsa
Indonesia menurut Pembukaan UUD 1945 memiliki berbagai keunggulan yang
menjadikan bangsa ini berbeda dan unggul dari negara lainnya. Salah satu
keunggulan dari nilai-nilai kebudayaan warga bangsa ini adalah, masyarakat Indonesia
terkenal dengan gotong royong. Gotong-royong bukan hanya dijumpai di beberapa
daerah di Indonesia, namun budaya ini secara keseluruhan sudah ada di dalam seluruh
masyarakat Indonesia. Walaupun memiliki istilah yang berbeda-beda di setiap
daerah namun gotong-royong tetaplah menjadi keunggulan bangsa Indonesia.
2.
2.
Konsep Gotong - Royong
Konsep
gotong-royong yang kita nilai tinggi itu merupakan suatu konsep yang erat
sangkut-pautnya dengan kehidupan rakyat kita sebagai petani dalam masyarakat
agraris. Istilah gotong-royong untuk pertama kali tampak dalam bentuk tulisan
dalam karangan-karangan tentang hukum adat dan juga dalam karangan-karangan
tentang aspek-aspek social dari pertanian (terutama Jawa Timur) oleh para ahli
pertanian Belanda lulusan Wageningen.
Dalam
kehidupan masyarakat desa di Jawa, gotong-royong merupakan suatu system pengerahan
tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga, untuk mengisi kekurangan tenaga
pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah.
Untuk keperluan itu, dengan ada sopan-santun yang sudah tetap, seorang petani
meminta beberapa orang lain sedeseanya, misalnya, untuk membantunya dalam
mempersiapkan sawahnya untuk masa penanaman yang baru (memperbaiki
saluran-saluran air dan pematang-pematang, menyangkul, membacak, menggaru dan
sebagainya). Petani tuan-rumah hanya harus menyediakan makan siang tiap hari
kepada teman-temannya yang maembantu, selama pekerjaannya berlangsung. Tidak
ada kompensasi lain, tetapi yang meminta bantuan tadi harus mengembalikan jasa
itu dengan membantu semua petani yang diundangnya tadi, tiap saat apabila
mereka memerlukan bantuannya. Dengan demikian sistem gotong-royong sebaga suatu
sistem pengerahan tenaga seperti itu, amat cocok dan felxibel untuk teknik
bercocok tanam yang bersifat usaha kecil dan terbatas, terutama waktu untsu
uang bgelum masuk ekonomi pedesaan.
Aktivitas
pengerahan tenaga yang sering juga disebut gotong-royong, ialah pengerahan
tenaga tanpa bayaran untuk suatu proyek yang bermanfaat untuk umum atau yang
berguna untuk pemerintah. Sistem itu berasal dari zaman kerajaan-kerajaan kuno,
di mana rakyat di desa dapat dikerahkan untuk bekerja tanpa bayaran dalam
proyek-proyek pembangunan bagi raja, bagi agama, atau bagi kerajaan. Dalam
zaman penjajahan sistem kerja bakti itu dipergunakan untuk mengerahkan tenaga
bagi proyek-proyek pemerintahan kolonial. Dalam zaman kemerdekaan, sistem itu
digunakan secara leluasa dalam pembangunan.
2.
3.
Pengaruh Gotong – Royong dalam Pembangunan
Nilai
yang merupakan latar belakang dari segala aktivitas tolong-menolong antara
warga sedesa, harus dikelaskan dalam golongan nilai-nilai budaya yang mengenai
masalah dasar hakekat hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam sistem nilai-budaya
orang Indonesia nilai itu mengandung empat konsep, yaitu.
a. Manusia
itu tidak hidup sendiri di dunia ini, tetapi dikellingi oleh komunitasnya,
masyarakatnya, dan alam semesta disekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos
tesebut ia merasakan dirinya hanya sebagai suatu unsure kecil saja, yang ikut
terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang mahabesar itu.
b. Dengan
demikian dalam segala aspek kehidupannya manusia pada hakekatnya tergantung
kepada sesamanya.
c. Karena
itu ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik
dengan ssesamanya, terdorong oleh jiwa sama-rata-sama-rasa.
d. Selalu
verusaha untuk sedapat mungkin bersifat conform, berbuat sama dan bersama
dengan sesamanya dalam komunitas, terdorong oleh jiwa sama-tinggi-sama-rendah.
Jika
yang dimaksud gotong-royong adalah aktivitas-aktivitas tolong-menolong dan
sistem tukar menukar tenaga, maka sudah tentu gotong-royong tidak ada sangkut
pautnya dengan pembangunan dan karena itu tidak menghambat pembangunan. Jika
kehidupan masyarakat desa sudah menjadi complex dan jika para petani sudah
tidak merasakan lagi manfaat dasi sistem-sistem tolong-menolong, maka
gotong-royong dalam arti tersebut akan menghilang tanpa banyak ketegangan atau
pertentangan dari penduduk desa sendiri.
Jika
yang dimaksud dengan gotong-royong itu adalah sistem kerja bakti, maka mungkin bisa
menunjang pembangunan. Hanya saja soalnya adalah bahwa sistem itu tak sesuai
lagi dengan ethik zaman sekarang. Hal itu karena pembangunan berdasarkan
gotong-royong kerja bakti itu, sebenernya adalah membangun dengan
mengeksploitasi tenaga murah rakyat. Lain halnya kalau rakyat mengerjakan suatu
proyek berdasarkan gotong-royong dengan rasa rela karena yakin bawha proyek itu
bermanfaat bagi mereka. Barulah mereka akan melakukan kerja bakti dengan
sungguh-sungguh dan bukan kerja rodi.
BAB
III
PENUTUP
3.
1.
Kesimpulan
Konsep
gotong-royong tolong-menolong, yang mula-mula hanya berwujud sebagai suatu
sistem pengerahan tenaga bercocok tanam, sebagai sistem tolong-menolong antara
tetangga dan kerabat dalam kesibukan-kesibukan sekitar rumah tangga. Konsep itu
menjadi suatu unsur yang amat penting dalam rangkaian prinsip-prinsip dasar
dari negara Indonesia. Dalam hal pembangunan, tentunya gotong-royong dapat
menunjang pembangunan Indonesia.
3.
2. Saran
Sebagai bangsa
Indonesia yang memiliki keunggulan dalam nilai kebudayaan yaitu gotong-royong
kita patut bangga. Namun kita tetap harus menjaga budaya gotong-royong dan
saling tolong-menolong makhluk hidup lain. Dengan adanya gotong-royong dan
tolong-menolong ini tentunya akan membuat negara Indonesia semakin sejahtera.
0 comments:
Post a Comment