Budaya Negatif yang Selama ini Masih Berjalan



Makalah
Ilmu Budaya Dasar
“Tradisi yang Membuat Hilangnya Sakralitas Lebaran”
Disusun Oleh
Fredy Gunawan (57415824)
Kelas
1IA08

Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Informatika
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Edi Fakhri

Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Tradisi yang Membuat Hilangnya Sakralitas Lebaran” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang tellah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaika makalah yang menjadi tugas Ilmu Budaya Dasar dengan judul “Tradisi yang Membuat Hilangnya Sakralitas Lebaran”  . Disamping itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki

Depok, July 2016

Penyusun




 BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Lebaran adalah nama lain dari Hari Raya umat Islam, baik hari raya Idul Fitri maupun hari Raya Idul Adha yang dirayakan setiap tahun atau setiap bulan Syawal setelah sebulan umat Muslim melaksanakan puasa di bulan Ramadan.  Momen lebaran merupakan hari yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia. Karena di hari itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Di Indonesia, lebaran di kultuskan dengan beragam ekspersi, dan hal-hal yang tak pernah nampak di bulan lainya pun menjadi kesan yang menarik.
Namun saat ini, lebaran tidak lagi sereligi yang diharapkan. Esensi peringatan Hari Raya Idul Fitri kian hari kian pudar dan cenderung jauh dari nilai-nilai keislaman. Tradisi Idul Fitri dirasakan sebatas ungkapan makna semata tanpa nilai semestinya. Beberapa tradisi atau budaya masyarakat sendirilah yang membuat sakralitas lebaran kian meredup tahun demi tahun. Salah satu tradisi yang beberapa tahun terakhir sering dibicarakan adalah Tunjangan Hari Raya. 

1.2.Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya
     1.      Apa pengertian tunjangan hari raya?
     2.      Apa tujuan diberikannya tunjangan hari raya?
     3.      Apa dampak tradisi tunjangan hari raya terhadap momen lebaran?

1.3.Maksud dan Tujuan
Ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui maksud dari budaya tunjangan hari raya dan dampak terhadap momen lebaran.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Hari Raya (THR) adalah Merupakan hak pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha/Perusahaan kepada pekerja menjelang Hari Raya Keagamaan yang berupa uang. Hari Raya Keagamaan disini adalah Hari Raya Idul Fitri bagi pekerja yang beragama Islam, Hari Raya Natal bagi pekerja yang beragama Kristen Katholik dan Protestan, Hari Raya Nyepi bagi pekerja bergama Hindu dan Hari Raya Waisak bagi pekerja yang beragama Buddha.
Dasar Hukum dikeluarkannya peraturan tentang THR adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Buruh/Pekerja di Perusahaan dimana peraturan ini menggantikan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994. Yang wajib membayar THR adalah setiap orang yang mempekerjakan orang lain dengan imbalan upah wajib membayar THR, baik itu berbentuk perusahaan, perorangan, yayasan atau perkumpulan. Sedangkan Pekerja yang berhak mendapatkan THR adalah pekerja yang telah mhempunyai masa kerja selama 1 (satu) bulan atau lebih secara terus-menerus. Peraturan ini tidak membedakan status pekerja apakah telah menjadi karyawan tetap, karyawan kontrak atau karyawan paruh waktu.
Tunjangan hari raya (THR) merupakan bentuk apresiasi masyarakat terhadap masyarakat yang lain, dimana setiap orang yang tergabung dalam suatu komunitas mereka diberikan tambahan penghasilan guna dapat memenuhi keperluaan konsumtif dan kebutuhan lainnya selama menjalankan keyakinan ajaran agamanya serta wujud rasa syukur atas nikmat Tuhan sehingga dapat menjalin tali silaturahim dengan keluarganya yang berada di kampung halaman mereka. Pemberian tunjangan hari raya seharusnya tidak dianggap sebagai beban oleh perusahaan/lembaga, karena pegawai sudah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan perusahaan, bahkan merekapun rela bekerja sesuai dengan irama yang ditentukan oleh organisasi, mereka telah turut berkontribusi secara riil terhadap proses kemajuan dan tercapainya tujuan organisasi
Pada awalnya THR hanya diperuntukkan pada para pekerja, namun seiring perkembangan zaman THR juga bisa didapat oleh para anak-anak hingga remaja. THR untuk anak-anak ini tentunya tidak sebesar THR pekerja. Bahkan beberapa anak-anak rela berjalan keliling komplek hanya untuk mengunjungi rumah satu per satu demi mendapatkan THR. Tetapi tidak semua rumah yang dikunjungi akan memberikan THR.

2.2.Tujuan diberikannya Tunjangan Hari Raya
Pemberian tunjangan hari raya bukan hanya sekedar pemenuhan aspek finansial pada diri pegawai tetapi harus sudah mengarah pada aspek yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu pemberian THR akan menjadi beban finansial yang sangat berat bahkan cenderung mengabaikan atau menundanya namun jika dipandang sebagai sharing atas keuntungan organisasi, maka pemberian THR sudah menjadi bagian dari perencanaan sumberdaya manusia yang bersifat integral.
Tunjangan hari raya dapat menjadi perekat antara manajemen dan pegawai dalam kontek hubungan industrial, semakin kuat kepedulian pimpinan terhadap pegawai dapat menjadi indikator semakin baiknya pemahaman beliau terhadap orientansi organisasi. Perencanaan sumberdaya manusia bukan hanya pada aspek kebutuhan dan kompetensi saja tetapi juga harus mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar yaitu pemenuhan kebutuhan psikologis dan intrinsik lainnya.
Uang lebaran atau tunjangan hari raya esensinya adalah hadiah. Saling memberi hadiah di kalangan Muslimin memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan rasa cinta, dan menguatkan tali persaudaraan. Sebaliknya, menyepelekan hadiah bisa menyebabkan pengaruh yang kurang baik dan menghilangkan rasa cinta di antara mereka.
Dalam suatu riwayat Rasulullah bersabda, “Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” HR Bukhari dalam al Adab al Mufrad.
Namun demikian, dalam Islam, setiap pekerjaan harus disertai dengan niat yang baik. Untuk itu, seseorang yang akan memberikan hadiah harus memiliki niat yang tulus, memperkuat hubungan saudara karena Allah, menumbuhkan rasa cinta serta menghapus kedengkian karena Allah, yang semua itu demi meraih keridhaan Allah semata.
Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk memberi hadiah dalam rangka memperkuat silaturahim. Saat itu, sangat tepat jika memberi hadiah yang disenangi kepada orang yang selalu menanti-nantinya seperti anak kecil, istri, dan lainnya. Begitu juga dengan orang tua, yang selalu menanti-nanti anaknya di hari Lebaran. Mendahulukan pemberian kepada orang tua yang harus dihormati, sangat dihargai dalam Islam.

2.3.Dampak tradisi tunjangan hari raya terhadap momen lebaran
Beberapa tahun terakhir kata THR sangat sering didedangar ketika menjelang lebaran. Bahkan di dunia maya banyak dijumpai lelucon-lelucon yang berhubungan dengan THR. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang yang menunggu lebaran hanya untuk mendapatkan tunjangan hari raya sehingga melupakan makna sesungguhnya dari lebaran.  Khususnya untuk anak-anak yang lebih mengutamakan mencari uang dari “tunjangan” daripada berkumpul bersama keluarga dan merayakan hari kemenangan.
Selain itu THR juga membuar banyak orang menjadi boros. Dapat dilihat setiap menjelang hari Lebaran, tingkat konsumsi masyarakat naik tajam. Seluruh pusat perbelanjaan seperti mal, supermarket, swalayan, serta pasar-pasar dipenuhi pengunjung. Mereka berbelanja barang barang yang sebetulnya diluar kebutuhan pokok. Baju, celana, kue-kue serta barang perabotan lainnya. Mereka seakan tidak peduli berapa biaya yang harus dikeluarkan.
Mungkin bagi kalangan menengah ke atas, hal tersebut bukanlah pengaruh, namun bagi kalangan duafa, kaum miskin, tradisi ini cukup menambah penderitaan. Semangat lebaran kian pudar, digantikan  oleh euforia yang membabi buta. Tingginya biaya menjelang Lebaran dianggap suatu hal yang wajar. Sikap berlebihan menjelang Lebaran, mengalahkan daya berpikir, masjid kian sepi, sedangkan mall supermarket serta swalayan lainnya, kian sesak oleh pengunjung. Bukannya khusyuk saat-saat akhir Ramadhan, malah terjebak dalam hedonisme penyambutan Lebaran itu sendiri. Segala yang baru jadi alasan utama menyambut lebaran.


BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Tunjangan hari raya merupakan suatu tradisi di negara Indonesia ini. Tunjangan Hari Raya  adalah Merupakan hak pendapatan pekerja yang wajib dibayarkan oleh Pengusaha/Perusahaan kepada pekerja menjelang Hari Raya Keagamaan yang berupa uang . Tunjangan hari raya merupakan bentuk apresiasi masyarakat terhadap masyarakat yang lain. Tetapi tradisi ini tentunya memiliki dampak negatif dan positif terhadap momen lebaran.

3.2.  Saran
Mengembalikan lebaran pada makna sesungguhnya tidaklah mudah. Perlu peran aktif semua lapisan masyarakat, dibutuhkan kerja keras para ulama dan pemimpin umat serta tokoh-tokoh masyarakat lainnya untuk menjelaskan hari kemenangan itu sesungguhnya. Dan masyarakat juga seharusnya menyadari tentang makna sesungguhnya lebaran dan menggunakan tunjanga hari raya sebagaimana mestinya. Dan untuk anak-anak yang mendapatkan tunjangan, diharapkan agar orang tua mereka selalu mengingatkan bahwa lebaran bukanlah hanya tentang uang tapi tentang silaturahim antar sesama manusia.



Daftar Pustaka
Anugerah, Subur. Esensi Angpau Lebaran, di Cina, Arab Saudi, dan Indonesia. 31 Juli 2016.
http://balikpapan.ldii.or.id/2013/08/esensi-angpau-lebaran-di-cina-arab-saudi-dan-indonesia.html
Rahman, Chairur. Hari Raya Idul Fitri dan Esensinya. 31 Juli 2016. http://www.sumbartoday.com/hari-raya-idul-fitri-dan-esensinya/
Anonim. Tradisi Idul Fitri Dan Pengingat solidaritas sosial. 31 Juli 2016.
http://ayokelamtim.com/2016/07/06/tradisi-idul-fitri-dan-pengingat-solidaritas-sosial/
Anonim. Tunjangan Hari raya. 31 Juli 2016.
http://mm.narotama.ac.id/2013/07/tunjangan-hari-raya/
Anonim. Hukum Menerima THR Menurut Islam. 31 Juli 2016.
http://www.islamcendekia.com/2014/07/hukum-menerima-thr-menurut-islam.html

Manusia dan Tanggung Jawab



A.      Pengertian  Tanggung  Jawab


Tanggung  jawab  menurut  kamus  umum  Bahasa  Indonesia  adalah,  keadaan  wajib menanggung  segala  sesuatunya.  Bertanggung  jawab  menurut  kamus  umum  bahasa Indonesia  adalah  berkewajiban  menanggung,  memikul  jawab,  menanggung  segala  sesuatunya, atau  memberikan  jawab  dan  menanggung  akibatnya.

Tanggung  jawab  adalah  kesadaran  manusia  akan  tingkah  laku  atau  perbuatannya  yang disengaja  maupun  yang  tidak  di  sengaja.  Tangung  jawab  juga  berarti  berbuat  sebagai perwujudan  kesadaran  akan  kewajibannya.

Seseorang  mau  bertanggung  jawab  karena  ada  kesadaran  atau  keinsafan  atau  pengertian atas segala  perbuatan  dan  akibatnya  dan  atas  kepentingan  pihak  lain.  Timbulnya  tanggung jawab  itu  karena  manusia  itu  hidup  bermasyarakat  dan  hidup  dalam  lingkungan  alam.  Manusia tidak  boleh  berbuat  semaunya  terhadap  manusia  lain  dan  terhadap  alam  lingkungannya. Manusia  menciptakan  keseimbangan,  keserasian,  keselarasan  antara  sesama  manusia  dan antara  manusia  dan  lingkungan.

B.      Macam-Macam  Tanggung  Jawab 


Manusia  itu  berjuang  memenuhi  keperluannya  sendiri  atau  untuk  keperluan  pihak  lain. Untuk  itu  ia  manghadapi  manusia  lain  dalam  masyarakat  atau  menghadapi  lingkungan  alam. Dalam  usahanya  itu  manusia  juga  menyadari  bahwa  ada  kekuatan  lain  yang  ikut  menentukan yaitu  kekuasaan  Tuhan.  Dengan  demikian  tanggung  jawab  itu  dapat  dibedakan  menurut keadaan  manusia  atau  hubungan  yang  dibuatnya.  Atas  dasar  ini,  lalu  dikenal  beberapa  jenis tanggung  jawab,  yaitu  :

1)   Tanggung  jawab  terhadap  diri  sendiri
Tanggung  jawab  terhadap  diri  sendiri  menuntut  kesadaran  setiap  orang  untuk  memenuhi kewajibannya  sendiri  dalam  mengembangkan  kepribadian  sebagai  manusia  pribadi.  Dengan demikian  bisa  memecahkan  masalah-masalah  kemanusiaan  mengenai  dirinya  sendiri. Dalam  hal  ini  manusia  tidak  luput  dan  kesalahan,  kekeliruan,  baik yang  disengaja  maupun  tidak.

2)  Tanggung  jawab  terhadap  keluarga
Keluarga  merupakan  masyarakat  kecil.  Keluarga  terdiri  dan  suami-istri,  ayah-ibu  dan anak-anak,  dan  juga  orang  lain  yang  menjadi  anggota  keluarga.  Tiap  anggota  keluarga  wajib bertanggung  jawab  kepada  keluarganya.  Tanggung  jawab  ini  menyangkut  nama  baik  keluarga. Tetapi  tanggung  jawab  juga  merupakan  kesejahteraan,  keselamatan,  pendidikan,  dan  kehidupan.

3)  Tanggung  jawab  terhadap  Masyarakat
Pada  hakekatnya  manusia  tidak  bisa  hidup  tanpa  bantuan  manusia  lain,  sesuai  dengan kedudukannya  sebagai  mahluk  sosial.  Karena  membutuhkan  manusia  lain  maka  ia  harus berkomunikasi  dengan  manusia  lain  tersebut.  Sehingga  dengan  demikian  manusia  di  sini merupakan  anggota  masyarakat  yang  tentunya  mempunyai tanggung  jawab  seperti anggota  masyarakat  yang  lain  agar  dapat  melangsungkan  hidupnya  dalam  masyarakat  tersebut. Wajarlah  apabila  segala  tingkah  laku  dan  perbuatan  harus  dipertanggung  jawabkan  kepada masyarakat.

 4).  Tanggung  jawab  kepada  Bangsa  /  Negara
Suatu  kenyataan  lagi,  bahwa  tiap  manusia,  tiap  individu  adalah  warga  negara  suatu negara.  Dalam  berpikir,  berbuat,  bertindak,  bertingkah  laku  manusia  terikat  oleh  norma-norma atau  ukuran-ukuran  yang  dibuat  oleh  negara.  Manusia  tidak  dapat  berbuat  semaunya  sendiri. Bila  perbuatan  manusia  itu  salah,  maka  ia  harus  bertanggung  jawab  kepada  negara.

 5).  Tanggung  jawab  terhadap  Tuhan
Tuhan  menciptakan  manusia  di  bumi  ini  bukanlah  tanpa  tanggung  jawab,  melainkan untuk  mengisi  kehidupannya  manusia  mempunyai  tanggung  jawab  langsung  terhadap  Tuhan. Sehingga  tindakan  manusia  tidak  bisa  lepas  dari  hukuman-hukuman  Tuhan  yang  dituangkan dalam  berbagai  kitab  suci  melalui  berbagai  macam  agama. Tanggung  jawab  yang seharusnya  dilakukan  manusia  terhadap  Tuhan  sebagai  penciptanya,  bahkan  untuk  memenuhi tanggung  jawabnya,  manusia  perlu  pengorbanan.
 

C.      Pengabdian  Dan  Pengorbanan


Wujud  tanggung  jawab  juga  berupa  pengabdian  dan  pengorbanan.  Pengabdian  dan pengorbanan  adalah  perbuatan  baik  untuk  kepentingan  manusia  itu  sendiri.

1). Pengabdian
Pengabdian  adalah  perbuatan  baik  yang  berupa  pikiran,  pendapat  ataupun  tenaga  sebagai perwujudan  kesetiaan,  cinta,  kasih  sayang,  hormat,  atau  satu  ikatan  dan  semua  itu  dilakukan dengan  ikhlas.  Pengabdian  itu  pada  hakekatnya  adalah  rasa  tanggung  jawab.  Apabila  orang  bekerja keras  sehari  penuh  untuk  mencukupi  kebutuhan,  hal  itu  berarti  mengabdi  kepada  keluarga.
Manusia  tidak  ada  dengan  sendirinya,  tetapi  merupakan  mahluk  ciptaan  Tuhan.  Sebagai ciptaan  Tuhan  manusia  wajib  mengabdi  kepada  Tuhan.  Pengabdian  berarti  penyerahan  diri sepenuhnya  kepada  Tuhan,  dan  itu  merupakan  perwujudan  tanggung  jawabnya  kepada  Tuhan Yang  Maha  Esa.

2).  Pengorbanan
Pengorbanan  berasal  dari  kata  korban  atau  kurban  yang  berarti  persembahan,  sehinggaa pengorbanan  berarti  pemberian  untuk  menyatakan  kebaktian.  Dengan  demikian  pengorbanan yang  bersifat  kebaktian  itu  mengandung  unsur  keikhlasan  yang  tidak  mengandung  parnrih. Suatu  pemberian  yang  didasatkan  atas  kesadaran  moral  yang  tulus  ikhlas  semata-mata.
Pengorbanan  dalam  arti  pemberian  sebagai  tanda  kebaktian  tanpa  pamrih  dapat  dirasakan bila  kita  membaca  atau  mendengarkan  kotbah  agama
Perbedaan  antara  pengertian  pengabdian  dan  pengorbanan  tidak  begitu  jelas.            Karena adanya  pengabdian  tentu  ada  pengorbanan.  Antara  sesama  kawan,  sulit  dikatakan  pengabdian, karena  kata  pengabdian  mengandung  arti  lebih  rendah  tingkatannya.  Tetapi  untuk  kata pengorbanan  dapat  juga  diterapkan  kepada  sesama  teman.